- Home>
- 13 Kalau Melanggar Sunnatullah
Posted by : NuiGrohoitoe AreDi ANdrizki
Sunday, 29 July 2012
LANGIT daN bumi, dunia dan akhirat adalah kepunyaan dan
ciptaan Allah. Allah ciptakan sendiri menurut kudrat dan iradat-Nya. Kemudian
diuruskan sendiri oleh Allah perjalanan segala makhluk-Nya itu. Dibuat juga
peraturan-peraturan tertentu, supaya dunia dan akhirat, langit dan bumi itu
berjalan dalam satu sistem yang pasti. Peraturan dan ketetapan itulah yang
dimaksudkan dengan Sunnatullah. Kemudian tidak ada siapapun yang bisa mengubah
ketetapan itu. Allah menerangkan ini dengan firman-Nya:
Terjemahnya: Sekali-kali kamu tidak akan dapat temui
segala yang diaturkan oleh Allah Itu berubah-ubah. (Al Ahzab: 62)
Misalnya, Allah tentukan satu usaha atau kerja yang baik
akan menghasilkan atau mengakibatkan hasil yang baik. Dan Allah tentukan juga
satu amalan yang buruk akan mengakibatkan hasil yang tidak baik. Ketetapan
begini tidak pernah berubah dari dahulu hingga sekarang. Tidak pernah terjadi,
satu usaha yang baik menghasilkan kejahatan dan sebaliknya satu usaha yang
jahat membawa hasil yang baik. Hal seperti ini tidak pernah terjadi. Apa yang
terjadi ialah kebaikan menghasilkan kebaikan. Kejahatan membawa kejahatan.
Itulah Sunnatullah, peraturan dan ketetapan yang dibuat oleh Allah.
Umat islam mesti faham bahwa bukan usaha-usaha baik yang
memberi bekas dan tidak juga usaha-usaha jahat yang memberi bekas. Bukan kerja
baik itu yang mengakibatkan terjadinya kebaikan. Dan bukan juga kerja yang
jahat itu yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Akibat-akibat ini adalah dari
ketentuan-ketentuan Allah. Sebabnya juga ditentukan oleh Allah. Artinya, Allah
boleh jadikan sesuatu usaha baik itu tidak menghasilkan apapun kebaikan. Dan
Allah boleh jadikan juga bahwa kerja-kerja kejahatan itu tidak menghasilkan
kejahatan. Allah bisa melakukan itu semua dengan mudah. Firman Allah:
Terjemahnya: Sesungguhnya segala urusan-Nya, apabila la
menghendakinya cukup dengan berkata "Kun" (jadi) maka terjadilah ia.
(Yasin: 82)
(Yasin: 82)
Cuma Allah menghendaki dan mentakdirkan usaha-usaha yang
baik memberi hasil yang baik dan usaha jahat menghasilkan kejahatan. Jadi,
peliharalah keimanan kita atau jadikanlah ia sebagai akidah kita dengan
menganggap segala sesuatu adalah keputusan yang dibuat oleh Allah. jangan
terpengaruh dengan faham ahli-ahli falsafah yang meyakinkan, "Sebab-sebablah
yang membawa akibat." Yakni usaha-usaha atau sebab-sebab itu ada kuasa
uatuk menentukam akibat. Dengan kata lain, sebab sebab itu boleh memberi bekas.
Yang sebenarnya, usaha-usaha itu cuma sebab-sebab yang Allah tentukan untuk Dia
memberikan bekas pada usaha-usaha yang dibuat.
Contohnya, Allah telah menentukan bahwa makan boleh
menghilangkan lapar. Tapi bukan makan itu yang menghilangkan lapar. Allahlah
yang menjadikan makan itu bisa menghilangkan rasa lapar. Artinya, kalau Allah
tidak menghilangkan lapar kita, walau makan sebanyak mana pun, kita akan tetap
lapar. Sebaliknya, Allah bisa melakukan orang yang tidak makan itu, tidak
lapar-lapar. Jadi kalau kita makan, kemudian hilang lapar kita, maka Allahlah
yang telah menjadikan dengan makan itu, lapar kita hilang.
Tapi bagi ahli falsafah, makanlah yang bisa menghilangkan
lapar. Makan ada kekuatan untuk mengenyangkan Tidak makan tidak bisa
menghilangkan lapar. Dan pada ahli falsafah, mustahil terjadi tanpa makan
seseorang bisa kenyang dengan sendirinya. Hal ini sangat bertentangan dengan
aqidah islam. Walaupun lahirnya seakan-akan sama, tapi hakikatnya sangat jauh
berbeda. Yang satu meyakinkan bahwa kuasa mutlak itu hanya ada pada Allah
pengatur seluruh alam. Manakala yang lain, mengiktiqadkan bahwa alam ini
berjalan dengan kuasa sendiri, tanpa bersandar pada qadak dan kudrat Allah.
Untuk menjelaskan dan memastikan kedudukan yang sebenarnya Allah SWT telah berfirman:
Untuk menjelaskan dan memastikan kedudukan yang sebenarnya Allah SWT telah berfirman:
Terjemahnya: Hanya kepada Allahlah sujud (patuh) segala
apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri (tau'an)
ataupun terpaksa (karhan) (dan sujud juga) bayang-bayangnya pada waktu pagi dan
petang hari. (Ar Ra'd: 15)
Allah menegaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi di langit
dan di bumi, baik secara sadar atau tidak semuanya menurut apa yang ditentukan
oleh Allah. Bukan terjadi dengan sendirinya atau oleh satu kepandaian lain.
Allah menjelaskan bahwa terjadinya segala sesuatu adalah mengikut salah satu
daripada dua cara:
1. Secara terpaksa (karhan); atau
2. Secara sukarela (tau'an).
2. Secara sukarela (tau'an).
Apa yang dimaksud dengan terjadi secara terpaksa ialah
menurut peraturan Allah dalam keadaan tidak sadar atau di luar sadar. Ketaatan
yang bukan dirancang atau tidak disengaja oleh manusia, yakni mau atau tidak
mau, terpaksa ikut. Karena kalau tidak, binasa badan. Contohnya, Allah tetapkan
kita bernafas dengan udara, menghilangkan haus dengan air dan makan dengan
mulut.
Itulah hukum Allah. Yakni Allah perintahkan kita bernafas
mesti menggunakan udara. Kalau kita haus, wajib kita minum. Kalau mau makan;
caranya gunakan mulut. Maka kita patuh dan taat. Kita tunduk pada hukum Ailah.
Kita gunakan udara untuk bernafas. Apabila kita haus, kita pun minum. Dan
apabila mau makan, kita makan dengan mulut.
Begitu taatnya kita pada hukum-hukum Allah tersebut. Tapi
ketaatan itu adakah secara sadar atau secara kita rancang yang lahir dari hati
yang cinta pada Allah dan taat pada-Nya? Jawabnya, tidak! Ketaatan itu ialah
tanpa sadar malah terpaksa. Malah kalau kita tolak hukum ini dan mau
menentangnya, akibatnya dahsyat sekali. Katakanlah kita tidak mau lagi
menggunakan udara untuk bernafas kerana ingin bernafas dengan debu. Bayangkan
apa yang akan terjadi. Atau tidak mau lagi menghilangkan haus dengan air,
karena kononnya tanah lebih baik. Kita pun makan tanah apabila haus. Apa yang
akan terjadi?
Seterusnya, katakanlah kita tidak mau lagi makan dengan
mulut. Karena hendak menggunakan hidung atau mata untuk makan. Bayangkanlah
orang yang menyuapkan makanan ke hidung atau ke mata. Apakah yang akan terjadi?
Tentu binasa kita, azab dan tersiksa sekali. Tidak ada seorang pun yang sanggup
menanggungnya. Sebab itulah tiada seorang pun, baik orang islam atau orang
kafir, yang sanggup melanggar ketentuan Allah (Sunnatullah) itu. Semuanya
tunduk, mau atau tidak mau. Rela atau terpaksa. Dengan senang hati, tanpa
sebarang protes. Inilah sebagian daripada maksud Allah dalam firman-Nya:
Terjemahannya: Langit yang tujuh, bumi dan semua yang
ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada satu pun melainkan
bertasbih dengan memuji-Nya, tapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al Isra' :
44)
Allah SWT yang Maha Bijaksana lagi Seksama, telah
menetapkan, khusus untuk manusia, hukum-hukum atau peratunan-peraturan yang
wajib dituruti secara sukarela (tau'an). Peraturan-peraturan itu semuanya untuk
manusia hidup dengan selamat di dunia dan di akhirat. Kalau peraturan itu tidak
diikuti, niscaya binasa dan terazablah manusia baik di dunia apalagi di
akhirat. Cuma hukuman itu tidaklah secepat kilat seperti hukuman melanggar
peraturan-peraturan yang terpaksa diikuti (karhan) tadi.
Melanggar syariat Allah bentuk yang kedua ini, akibat
buruknya terjadi di akhirat, pada hari hisab. Kalau terjadi juga di dunia tapi
lambat, terpaksa melalui proses kerusakan yang lama. Hingga selalunya manusia
tidak sadar bahwa akibat melanggar hukum Allahlah terjadinya bencana itu,
itulah pada hakikatnya. Misalnya, orang yang makan harta anak yatim, biasa jadi
miskin papa, tersisih dan terhina di ujung umurnya. Demikian juga kalau durhaka
pada ibu bapa, hukuman terjadi sesudah penderhaka itu sendiri mendapat anak,
yang anak itu sangat mendurhakainya. Hal ini kadang.kadang tidak disadari
sebagai hukuman ke atas dosanya yang pernah mendurhakai ibu bapanya.
Begitulah juga terhadap riba, zina, suap, sombong, bakhil
dan lain-lain perkara haram yang dibuat oleh orang Islam atau kafir. Hukumannya
tidak Allah datangkan segera. Sengaja Allah tangguhkan. Supaya dapat dilihat
siapa yang beriman dan siapa yang kafir, siapa yang bisa berfikir dan siapa
yang tidak bisa berfikir, siapa yang bisa mengambil iktibar dan siapa yang
tidak bisa ambil iktibar, siapa yang taat dan siapa yang durhaka. Orang
beriman, kerana yakinnya pada Allah, tidak melanggar segala hukum Allah. Tapi
orang yang tidak beriman, tetap menurutkan hawa nafsunya. Mereka menyangka,
mereka akan selamat dan bahagia dengan cara itu. Sebab itu mereka berani
melanggamya. Mereka tidak yakin bahawa azab Allah bisa datang setiap saat.
Firman Allah :
Firman Allah :
Terjemahannya: Barang siapa yang berbuat sesuai dengan
hidayah (Alllah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya
sendiri, dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia terrsesat bagi
(kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa, tidak dapat memikul dosa
orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus rasul.
(AI Isra': 15)
(AI Isra': 15)
Terjemahnya: Dan jika Kami hendak membinasakan suatu
negeri maka Kami perintahkan kepada orang-orang hidup mewah di negeri itu
(supaya mentaati Alkah) tetapi mereka melakukan pendurhakaan dalam negeri itu.
Maka sudah selayaknya terjadi terhadapnya perkataan (ketentuan Kami). Kemudian
Kami hancurkan negeri itu sehancur- hancurnya. (Al Isra': 16)
Terjemahnya: Dan berapa banyak kaum sesudah Nuh telah
kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa
hamba-hamba-Nya.
(Al-Isra' : 17)
(Al-Isra' : 17)
Lihat keadaan dunia hari ini. Rusak binasanya perpaduan,
kemakmuran, keadilan berada ditahap paling kronis. Peperangan, kerusuhan, unjuk
rasa, krisis, sengketa dan segala bentuk pertengkaran menjadi-jadi tanpa
menemui jalan penyelesaian yang hakiki. Dunia benar-benar kacau dibuatnya.
Tepat seperti apa yang difirmankan Allah SWT:
Terjemahnya: Telah nampak kerusakan di daratan dan di
lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan azab kepada
mereka sebagian daripada (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada
(ke jalan yang benar) (Ar-Rum : 41)
Sumber terjadinya kebinasaan adalah karena manusia melanggar
atau tidak mengikuti peraturan hidup yang telah diciptakan oleh Allah. Yakni
peraturan yang wajib dipatuhi secara sukarela (tau'an). Karena sombong dan
kufur, orang-orang zaman sains dan teknologi ini membelakangkan hukum Allah,
dan sebagai gantinya mereka ciptakan sendiri undang-undang hidup dan peraturan
yang dibuat oleh hasil fikiran dan nafsu mereka. Mereka menghalalkan riba,
arak, pelacuran, pergaulan bebas, judi, penampakan aurat, pemubaziran, suap,
musik haram, politik kotor, pendidikan sekuler dan sebagainya.
Mereka bangga dengan akhlak-akhlak yang jahat seperti
sombong, takabur, bakhil, tamak, cinta dunia, hasad dengki, dendam, mengumpat,
mengadu domba, menjatuhkan dan menghina orang, menabur fitnah dan lain-lain.
Padahal semua itu adalah sifat-sifat yang dibenci oleh Allah SWT. Maka akibat
tidak mematuhi perintah Allah, terjadilah kebinasaan sosial yang dahsyat dan
berkembang biak, yang seandainya tidak segera diinsyafi dan dibetulkan
kekeliruan itu, niscaya Allah akan hancur leburkan manusia untuk diganti dengan
umat yanglain. Ingatlah firman Allah :
Artinya: Maka tidaklah menjadi petunjuk bagi mereka
(kaum musyrikin) berapa banyaknya Kami membinasakan sebelum mereka, padahal
mereka berjalan (di bekas- bekas)tempat tinggal umat itu? Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Thaha : 128)
Jalan keluar untuk masalah ini ialah relakan diri untuk
menerima dan melaksanakan hukum Allah yang bersifat tau'an dalam setiap aspek
kehidupan seperti taatnya kita manusia dengan hukum karhan. Berjuanglah untuk
menegakkan hukum Allah dalam diri, rumah tangga, masyarakat, jemaah dan alam
sejagat. Hanya itu jalan penyelesaian dan satu-satunya sistem yang bisa
melahirkan dunia yang aman makmur dan mendapat keampunan Allah.
Rujukan jalan ini ialah kepada Sunnah Rasulullah SAW, dan
masyarakat contoh yangpernah menmpah kegemilangan hidup seperti ini hanyalah
masyarakat salafussoleh. Kita hanya perlumengkaji dan mencontohinya saja.
Undang-undang dan peraturan-peraturan baru, tidak perlu lagi. Semuanya sudah
disediakan oleh Allah dan oleh Rasul. Kita hanya perlu memahami, serta menyusun
dan memperincikannya untuk kita laksanakan tahap demi tahap, peringkat demi
peringkat, mana yang lebih dulu didahulukan, dan mana yang dikemudiankan. Bukankah
kerja kita untuk menggubal kembali undang-undang yang telah Allah tetapkan.
Disamping itu kita perlu memahmlan kepada orang banyak bahwa undang-undang dan
hukum-hukum Allah itu adalah dari Allah dan setiap orang wajib menerima dan
mematuhinya demi untuk menyelamatkan diri dari kemurkaan dan azab Allah di
dunia dan akhirat.
0 Comments
Tweets
Subscribe to:
Post Comments (Atom)