Posted by : a
Friday, 27 September 2013

Siang itu cuaca sangatlah terik, di perempatan lampu merah itu aku
menunggu angkutan umum,sembari menunggu angkutan umum yang tak kunjung
datang sesekali aku melamun tentang nilai nilai yang ku dapat tadi
disekolah, di tengah lamunan terlihat dari jauh sesosok perempuan yang
sangat cantik yang sedang turun dari mobil mewahnya dan langsung
memberikan sejumlah uang kepada bapak-bapak tua yang sedang terduduk
lemah dengan tanpa kaki.
Perempuan itu memberikan sebagian rizki nya kepada bapak-bapak itu
dengan senyuman yang sangat indah, aku yang berada disebrang dimana
bapak-bapak itu duduk hanya bisa melihat senyuman yang sangat indah dari
kejauhan.”Malaikat apa yang baru saja aku lihat” ucapku dalam hati.
Dan tak lama angkutan umum pun datang dan aku pun segera naik, di
sepanjang perjalanan yang tadinya aku melamun tentang nilai nilai mata
pelajaran berubah menjadi perempuan yang barusan ku lihat, tidak hanya
cantik parasnya tetapi hati perempuan itu tidak kalah cantik dari
parasnya.
“Assalamualaikum.”
“Assalamualaikum.”
Dan ibu ku yang sudah menantikan kepulangan ku membalas..
“Walaikumsalam, tadi dapet nilai berapa disekolah nak?”
“Nilai Malaikat cantik bu..” Jawabku yang sedang setengah melamun.
“Nilai Malaikat cantik???” Ibuku kaget.
“Bukan-bukan bu,maksudnya tadi aku dapet nilai matematikanya cantik..”
“Walaikumsalam, tadi dapet nilai berapa disekolah nak?”
“Nilai Malaikat cantik bu..” Jawabku yang sedang setengah melamun.
“Nilai Malaikat cantik???” Ibuku kaget.
“Bukan-bukan bu,maksudnya tadi aku dapet nilai matematikanya cantik..”
Aku pun langsung buru-buru melepas seragam dan sepatu sekolah dan
pergi ke kamar. Di dalam kamar aku berusaha untuk tidak membayangkan
lagi perempuan yang aku temui tadi di lampu merah itu, dan segera
mengerjakan soal remedial matematika
Keesokan harinya disekolah setelah pembacaan tadarus Al-Qur’an
disekolah ku selesai, wali kelas kami datang menghampiri kelas dan
memberitahukan akan ada siswi baru yang akan menjadi teman baru kami.
“Assalamualaikum anak-anak, bapak kesini cuma pengen kasih tau ke kalian kalo hari ini kalian bakal ada teman baru,namanya Nabilah.”
“Wooooooooooo..” yang lain bersorak tetapi aku tidak peduli dan tetap meneruskan pembacaan tadarus Al-Qur’an yang tadi belum sempat aku baca.
Nabilah pun masuk ke ruang kelas dan memperkenalkan dirinya di depan kelas,
“Halooooo teman teman namaku Nabilah Ratna Ayu Azalia panggil saja aku Nabilah , let’s have fun together yaa..”
“Haii Nabilahh, haloo Nabilahh, Nabilahhh..” teman-teman bersorak, aku tetap tidak memperhatikan.
“Sodaqalllahhuladzim..” lalu ku cium Al-Qur’an yang telah kubaca. Setelah mengarahkan penglihatan dari Al-Qur’an ke arah depan kelas, “Subhanalllah” ucapku. Spontan “Itukan yang waktu itu di perempatan lampu merah..” dalam hati ku katakana.
“Assalamualaikum anak-anak, bapak kesini cuma pengen kasih tau ke kalian kalo hari ini kalian bakal ada teman baru,namanya Nabilah.”
“Wooooooooooo..” yang lain bersorak tetapi aku tidak peduli dan tetap meneruskan pembacaan tadarus Al-Qur’an yang tadi belum sempat aku baca.
Nabilah pun masuk ke ruang kelas dan memperkenalkan dirinya di depan kelas,
“Halooooo teman teman namaku Nabilah Ratna Ayu Azalia panggil saja aku Nabilah , let’s have fun together yaa..”
“Haii Nabilahh, haloo Nabilahh, Nabilahhh..” teman-teman bersorak, aku tetap tidak memperhatikan.
“Sodaqalllahhuladzim..” lalu ku cium Al-Qur’an yang telah kubaca. Setelah mengarahkan penglihatan dari Al-Qur’an ke arah depan kelas, “Subhanalllah” ucapku. Spontan “Itukan yang waktu itu di perempatan lampu merah..” dalam hati ku katakana.
Setelah memperkenalkan dirinya di depan kelas pak guru menunjuk
kursi yang akan di duduki oleh Nabilah, dan ternyata Pak Guru menunjuk
ke arah ku akupun langsung melihat sekitar dan ternyata kursi sebelah ku
kosong.
Kaki ku pun bergetar ketika Nabilah berjalan ke arah kursi yang
berada tepat disamping kursi ku. Ketika sudah duduk disamping aku pun
hanya bisa mengangguk-angguk apa yang Nabilah katakan.
“Kamu kenapa kok kayaknya ketakutan kayak ngeliat zombie gitu?” tanya Nabilah.
“Engggg, engnggakk papa kok ini cuman nahan buang air kecil doang kok..” jawab ku.
“Yaudah sana ke toilet dulu sebentar..”
“Aaaa? Nggak jadi kok nggak jadi pengen buang air kecil hehehe, oh iya waktu kemarin siang kamu yang ngasih uang ke bapak-bapak pengemis yang ada di lampu merah itu ya?
“Ada ada aja kamu, ohh yang itu kamu ngeliat aku waktu itu? Engga itu cuman sebagian uang jajan ku doang kok..”
“Iya kemarin waktu aku nunggu angkutan umum aku ngeliat kamu hehehe..”
“Kamu kenapa kok kayaknya ketakutan kayak ngeliat zombie gitu?” tanya Nabilah.
“Engggg, engnggakk papa kok ini cuman nahan buang air kecil doang kok..” jawab ku.
“Yaudah sana ke toilet dulu sebentar..”
“Aaaa? Nggak jadi kok nggak jadi pengen buang air kecil hehehe, oh iya waktu kemarin siang kamu yang ngasih uang ke bapak-bapak pengemis yang ada di lampu merah itu ya?
“Ada ada aja kamu, ohh yang itu kamu ngeliat aku waktu itu? Engga itu cuman sebagian uang jajan ku doang kok..”
“Iya kemarin waktu aku nunggu angkutan umum aku ngeliat kamu hehehe..”
Bel istirahatpun berbunyi seperti biasa aku hanya memakan bekal
yang ku bawa dari rumah pada waktu istirahat, sedangkan anak-anak yang
lain semua pergi keluar kelas untuk pergi ke kantin dan lapangan, tetapi
tidak dengan Nabilah dia tetap berada di samping ku sambil memakan
bekal yang dia bawa juga dan memainkan game yang ada di gadget nya.
Dikelas hanya tinggal kami berdua, setelah aku dan dia selesai
memakan bekal, aku lantas ditawari untuk memaikan game yang ada di
gadgetnya, karena aku pun penasaran maka aku coba.
“Ini game apa kok seru ya? Hehehe..”
“Itu namanya Vector , masa belum pernah mainin sih?”
“Oooh, vector hehehe belum..” jawabku sambil menggaruk kepala.
“Ini game apa kok seru ya? Hehehe..”
“Itu namanya Vector , masa belum pernah mainin sih?”
“Oooh, vector hehehe belum..” jawabku sambil menggaruk kepala.
Bel masuk pun kembali berbunyi dan anak-anak semua memasuki ruang
kelas kembali. Pelajaran demi pelajaran pun berganti dan tak terasa Bel
pulang sekolah berbunyi.
Seperti biasa aku menunggu angkutan umum yang biasa ku tumpangi,
disaat aku menunggu berhenti sebuah mobil mewah yang rasanya pernah aku
lihat.
“Inikan mobil yang Nabilah naiki kemarin siang..”
“Inikan mobil yang Nabilah naiki kemarin siang..”
Dan ternyata benar dari dalam mobil seorang perempuan berteriak.
“Masuk ayo cepetan aku anterin pulangnya, cepetan masuk dibelakang macet nih..”
“Masuk ayo cepetan aku anterin pulangnya, cepetan masuk dibelakang macet nih..”
Tanpa banyak fikir pun aku langsung memasuki mobil itu.
“Kamu biasanya kalo pulang emang nungguin angkutan umum?”
“Kamu biasanya kalo pulang emang nungguin angkutan umum?”
Seperti suara Nabilah, setelah aku menutup kembali pintu mobil dan
menengok ke arah datangnya suara itu dan ternyata benar itu Nabilah.
“Emm.. Emm.. Enggak biasanya naik sepeda, tapi sepedanya lagi nggak enak dipake aja hari ini..”
“Ohhh, gitu suka naik sepeda juga ya?”
“Ehehhe iya..”
“Rumah kamu kearah mana?”
“Emangnya kenapa? Nggak usah dianterin ke rumah aku, nggak enak aku, turun dirumah kamu aja gapapa, nanti aku pulang sendiri dari rumah kamu itu..”
“Hemm, bener nih? Yaudah deh..”
“Emm.. Emm.. Enggak biasanya naik sepeda, tapi sepedanya lagi nggak enak dipake aja hari ini..”
“Ohhh, gitu suka naik sepeda juga ya?”
“Ehehhe iya..”
“Rumah kamu kearah mana?”
“Emangnya kenapa? Nggak usah dianterin ke rumah aku, nggak enak aku, turun dirumah kamu aja gapapa, nanti aku pulang sendiri dari rumah kamu itu..”
“Hemm, bener nih? Yaudah deh..”
Dan ketika diperjalanan ada yang aneh, arah perjalanan ini persis
sama seperti arah kerumah ku. Dan akhirnya tak lama sampai, dan ternyata
benar tempat yang aku turun sekarang ini tidak berada jauh dari rumah
ku, hanya berjarak sekitar 480 meter.
“Ehem, Nabilah makasih banyak ya tumpangannya, aku pamit pulang dulu..”
“Iya sama-sama, bener nih nggak mau aku anter ke rumah kamu?
“Iyaa gapapa rumah ku deket kok dari sini…Assalamualaikum..”
“Walaikumsalam..”
“Ehem, Nabilah makasih banyak ya tumpangannya, aku pamit pulang dulu..”
“Iya sama-sama, bener nih nggak mau aku anter ke rumah kamu?
“Iyaa gapapa rumah ku deket kok dari sini…Assalamualaikum..”
“Walaikumsalam..”
Akhirnya aku sampai dirumah ku, dan langsung menuju ke kamar untuk berisitirahat.
Keesokan harinya lagi aku berangkat kesekolah kali ini dengan
menggunakan sepeda dengan wajah ceriah. Sesampai disekolah ternyata
Nabilah datang yang paling pertama, padahal sebelumnya aku lah yang
paling pertama datang ke sekolah.
“Kamu udah ngerjain pr matematika belum?”
“Pr yang mana Bil?” jawabku dengan muka gelisah.
“Yang disuruh kerjain soal Pitagoras..”
“Ohh yang itu, aku lupaaa, kamu emang udah?” tanyaku sambil menepuk jidat.
“Samaa aku juga lupa..” jawabnya sambil menepuk jidat juga.
“Kita kerjain bareng-bareng sekarang aja yuk..” ucapku sambil tersenyum licik kecil.
“Yaudahh yuk daripada enggak sama sekali..”
“Kamu udah ngerjain pr matematika belum?”
“Pr yang mana Bil?” jawabku dengan muka gelisah.
“Yang disuruh kerjain soal Pitagoras..”
“Ohh yang itu, aku lupaaa, kamu emang udah?” tanyaku sambil menepuk jidat.
“Samaa aku juga lupa..” jawabnya sambil menepuk jidat juga.
“Kita kerjain bareng-bareng sekarang aja yuk..” ucapku sambil tersenyum licik kecil.
“Yaudahh yuk daripada enggak sama sekali..”
20 menit berlalu dan akhirnya PR ini sudah selesai, padahal sebelumnya jika aku mengerjakan PR sendiri bisa sampai 2 jam lebih.
“Alhamdulillah selesai..” ucap Nabilah.
“Huftt alhamdulillah ya, ini mah soalnya gampang..”
“Yeee iyalah kan kita kerjainnya berdua jadi gampang, kakek ku yang dirumah juga tahu..” jawab Nabilah spontan.
“Haha tuhh tahu..” sambung ku sambil tertawa dan senyum bahagia.
“Alhamdulillah selesai..” ucap Nabilah.
“Huftt alhamdulillah ya, ini mah soalnya gampang..”
“Yeee iyalah kan kita kerjainnya berdua jadi gampang, kakek ku yang dirumah juga tahu..” jawab Nabilah spontan.
“Haha tuhh tahu..” sambung ku sambil tertawa dan senyum bahagia.
Mata Pelajaran demi mata pelajaran berganti dan jam dinding kelas
telah menunjukkan pukul 02.00 siang, dan bel pulang pun berbunyi. Aku
pun langsung berlari menuju tempat dimana sepeda ku parkir. Setelah
mengambil sepeda itu aku melihat Nabilah yang sedang duduk sendiri
dengan muka bingung.
“Nabilah kamu kenapa? Nggak pulang?” ku hampiri dia.
“Bukannya nggak pulang aku bingung pulang sama siapa, jemputanku enggak bisa jemput aku hari ini..”
“Tenang kan ada aku disini hehehe, tapi aku cuman bawa sepeda satu, gimana kalo kamu yang naik sepeda ini terus akunya jalan ngikutin kamu dari belakang?”
“Ahhh engga ah, kalo seperti itu namanya aku nggak tahu diri, aku naik dibelakang sepedamu aja, kan ada tempat duduknya..”
“Bener nih? Kalau naik sepeda aku jalannya nggak secepet naik mobil kamu, udaranya juga nggak sesejuk ac didalem mobil kamu, nanti kepanasan loh..”
“Lebay kamu! Udah ayo jalan..” teriaknya sambil mendorong sepeda dengan semangat.Ku selalu tertawa dibagian belakang sepeda.
Yang kita naiki berdua, aku diam diam berbisik.
“Nabilah kamu kenapa? Nggak pulang?” ku hampiri dia.
“Bukannya nggak pulang aku bingung pulang sama siapa, jemputanku enggak bisa jemput aku hari ini..”
“Tenang kan ada aku disini hehehe, tapi aku cuman bawa sepeda satu, gimana kalo kamu yang naik sepeda ini terus akunya jalan ngikutin kamu dari belakang?”
“Ahhh engga ah, kalo seperti itu namanya aku nggak tahu diri, aku naik dibelakang sepedamu aja, kan ada tempat duduknya..”
“Bener nih? Kalau naik sepeda aku jalannya nggak secepet naik mobil kamu, udaranya juga nggak sesejuk ac didalem mobil kamu, nanti kepanasan loh..”
“Lebay kamu! Udah ayo jalan..” teriaknya sambil mendorong sepeda dengan semangat.Ku selalu tertawa dibagian belakang sepeda.
Yang kita naiki berdua, aku diam diam berbisik.
Sepanjang perjalanan sangatlah indah, dipenuhi dengan
candaan-candaan kecil yang membuat satu sama lain tertawa bahagia dan
memancarkan senyum yang sangat indah. Ketika aku menoleh ke arah
belakang Nabilah melihatkan senyum indah nya ke arah ku yang sama persis
kepada bapak-bapak yang ada di lampu merah waktu itu, aku hanya bisa
tersenyum kecil melihat senyum nya.
Dan setelah melewati perjalanan yang cukup jauh aku sampai dirumah Nabilah.
“Makasihh ya udah nganterin aku pulang, makasih juga sepeda nya.. ”
“Iya sama sama, ah cuman sepeda biasa kok, aku pamit dulu ya, Assalamualaikum..”
“Bukan masalah sepedanya tetapi perjalanannya , Walaikumsalam..”
“Makasihh ya udah nganterin aku pulang, makasih juga sepeda nya.. ”
“Iya sama sama, ah cuman sepeda biasa kok, aku pamit dulu ya, Assalamualaikum..”
“Bukan masalah sepedanya tetapi perjalanannya , Walaikumsalam..”
Sekali lagi Nabilah melihatkan senyumannya itu ke arah ku, aku
tidak bisa melihat lama-lama senyuman itu karena cuaca yang semakin
mendung yang mengharuskan aku cepat cepat tiba dirumah.
Aku pun sampai dirumah dan seperti kebiasaan ku langsung pergi ke
kamar untuk beristirahat, sambil berbaring ditempat tidur aku terus
melamun tentang perjalanan sepeda yang aku naiki berdua dengan Nabilah
tadi, aku pun tidak malu malu tersenyum sendiri di kamar.
Hari demi hari pun berlalu, kita semakin akrab dan saling terbuka
satu sama lain, tak jarang kita pun bersepeda dengan sepeda yang biasa
kita naiki berdua.
Suatu hari ketika pelajaran Matematika dikelas berlangsung, ada
seseorang yang mengaku menjadi asisten dari Nabilah mengatakan kepada
ibu guru untuk menjemput Nabilah.
“Ibu permisi, kita dari JKT48 Operation Team ingin menjemput Nabilah sekarang karena JKT48 akan membuat shooting iklan terbaru , mohon maaf ya bu ini dadakan..”
Nabilah pun langsung bergegas membereskan peralatan sekolahnya ke dalam kelas dan tidak berkata apa-apa kepadaku hanya tersenyum kecil.
Selama ini Nabilah tidak pernah cerita tentang JKT48, aku pun tidak tau kalau Nabilah merupakan member dari Idol Group JKT48 dia tidak pernah menceritakan ini sebelumnya, aku agak sedikit kecewa karena hanya hal ini Nabilah tidak terbuka.
“Ibu permisi, kita dari JKT48 Operation Team ingin menjemput Nabilah sekarang karena JKT48 akan membuat shooting iklan terbaru , mohon maaf ya bu ini dadakan..”
Nabilah pun langsung bergegas membereskan peralatan sekolahnya ke dalam kelas dan tidak berkata apa-apa kepadaku hanya tersenyum kecil.
Selama ini Nabilah tidak pernah cerita tentang JKT48, aku pun tidak tau kalau Nabilah merupakan member dari Idol Group JKT48 dia tidak pernah menceritakan ini sebelumnya, aku agak sedikit kecewa karena hanya hal ini Nabilah tidak terbuka.
Aku berfikir sesekali untuk mengutarakan perasaan ku kepada Nabilah
semenjak pertama kali aku melihat senyumannya di perempatan lampu merah
itu, namun aku merasa tidak bisa dan sangatlah malu untuk
mengucapkannya, apalagi ketika dia tersenyum ,senyuman itu membuat
fikiran ku menjadi buyar dan tidak fokus.”Aku akan menyatakannya
besok..” dalam hati mantap ku katakan.
Keesokan harinya, ini lah hari yang mendebarkan dan yang ditunggu
tunggu bagiku, seperti biasa ketika aku datang ke sekolah sudah terlihat
Nabilah duduk manis dikursi sebelahku, kami pun mengikuti pelajaran
demi pelajaran jam demi jam dengan baik.
Dan akhirnya Bel pulang sekolah pun di bunyikan,seperti biasa kita pulang naik sepeda.
“Kamu tunggu sini aja ya,aku ambil sepedanya dulu” dan seperti biasa Nabilah hanya tersenyum.
“Ayuk naik, sepedanya baru aku cat loh kemarin, nihh bagus kan??” tanyaku untuk menceriakan suasana.
“Iya bagus kok..” jawabnya dengan muka anggak gelisah.
“Ehm, kamu kenapa kok mukanya begitu?” tanya ku penasaran.
“Mmmmm, maaf ya soal kemarin..”
“Soal yang mana?” makin penasaran.
“Yang waktu itu aku dijemput pulang buat latihan shooting iklan, yang tentang JKT48, maaf ya aku nggak pernah cerita sama kamu, jadi aku sekarang pengen ceritain semuanya tentang JKT48..” Nabilah menyesali.
“Kamu tunggu sini aja ya,aku ambil sepedanya dulu” dan seperti biasa Nabilah hanya tersenyum.
“Ayuk naik, sepedanya baru aku cat loh kemarin, nihh bagus kan??” tanyaku untuk menceriakan suasana.
“Iya bagus kok..” jawabnya dengan muka anggak gelisah.
“Ehm, kamu kenapa kok mukanya begitu?” tanya ku penasaran.
“Mmmmm, maaf ya soal kemarin..”
“Soal yang mana?” makin penasaran.
“Yang waktu itu aku dijemput pulang buat latihan shooting iklan, yang tentang JKT48, maaf ya aku nggak pernah cerita sama kamu, jadi aku sekarang pengen ceritain semuanya tentang JKT48..” Nabilah menyesali.
Aku hanya mengangguk dengan muka penasaran.”Jadi JKT48 itu Idol
Group, aku merupakan salah satu member dari Idol Group itu , aku waktu
itu iseng-iseng mencoba ikut audisinya dan tidak ku sangka aku berhasil,
aku diterima, aku di JKT48 kurang lebih sudah 1 tahun..” jawabnya
gelisah.
“Ehem, ehem, terus?” tanya ku semakin besar penasaran ku karena seperti nya ada hal yang tidak enak.
“Di JKT48 itu ada suatu golden rules yang melarangkan para member JKT48 untuk berpacaran termasuk juga aku, dengan alasan untuk memfokuskan para member di jalan idol yang mereka jalanin..” terangnya dengan muka gelisah dan gugup.
“Ohh, begitu ya udah nggak papa kan, kan kita temenan bukan pacaran..” jawabku dengan ekspresi senang yang dibuat-buat.
Rasanya seperti ada petir yang menyambar ke arah hati ini, suasana
yang tadinya cerita seceria bunga sakura yang akan mekar berubah menjadi
kelam gulita. Yang tadinya ingin ku keluarkan semua perasaan ini yang
telah kusimpan telah lama dihati ini ternyata akan terus menerus
membangkai dan membusuk di hati ini.”Bener nggak papa? Kok aku kayaknya
ngerasa yang nggak enak disini ya, aku tahu perasaan kamu gimana, tapi
maaf ya mau gimana lagi, aku tau kamu suka sama aku, aku sangat
berterima kasih sama perasaan kamu. Aku janji suatu saat nanti aku akan
balik lagi ke kamu, tapi entah kapan tetapi yang pasti aku akan
kembali..”“Ehem, ehem, terus?” tanya ku semakin besar penasaran ku karena seperti nya ada hal yang tidak enak.
“Di JKT48 itu ada suatu golden rules yang melarangkan para member JKT48 untuk berpacaran termasuk juga aku, dengan alasan untuk memfokuskan para member di jalan idol yang mereka jalanin..” terangnya dengan muka gelisah dan gugup.
“Ohh, begitu ya udah nggak papa kan, kan kita temenan bukan pacaran..” jawabku dengan ekspresi senang yang dibuat-buat.
“Lebay kamu! Udah ayo jalan..” kataku mirip seperti apa yang pernah ia katakana kepadaku. Sambil mengayuh sepeda, dengan hati yang sangat hancur.
~ END ~
0 Comments
Tweets
Subscribe to:
Post Comments (Atom)